Breaking News

Minggu, 28 April 2013

Candi Borobudur


Keagungan Candi Borobudur masih bergelanyut tirai misteri  kapan didirikan dan siapa pendirinya. Arkeolog Prof. Dr. Soekmono menerangkan tulisan singkat yang terpahat di atas relief kaki candi (Karmawibhangga) menjadi salah satu simpul garis huruf yang bisa diketemukan di berbagai prasasti akhir abad VIII sampai dengan awal abad IX. Periode tersebut di Jawa Tengah berkuasa raja-raja dari Wangsa Dinasti Syailendra yang menganut agama Budha Mahayana. Tidak ketinggalan pula Prof. Dr. J.G. Caspris melakukan penelitian dari sebuah prasasti yang berasal dari abad IX. Hasil penelitian tersebut mengungkap tabir misteri silsilah tiga Wangsa Syailendra yang secara berurutan memegang pemerintahan, raja Indra putranya Samaratungga, kemudian putri Samaratungga Pramodya Wardani. Periode pemerintahan raja Samaratungga pembangunan candi Borobudur dimulai dengan nama Bhumu Sam Bhara Budhara yang dapat ditapsirkan sebagai bukti peningkatan kebajikan, setelah melampaui sepuluh tingkat Bodhisatwa. Kerena penyesuaian pada Bahasa Jawa, akhirnya Bhara Budhara diganti menjadi Borobudur.

Seorang arsitek Prancis Jacques Dumarcay, memperkirakan Candi Borobudur didirikan pada jaman kebesaran Dinasti Syailendra pada periode 750-850 Masehi. Masa keemasan Dinasti Syailendra tidak hanya berhasil mendirikan Candi Borobudur melainkan berhasil menjalankan ekspansi di Kekaisaran Khmer di Kamboja. Berhasil menjalankan kerajaan Khmer putra mahkota dibawa ke Jawa dan setelah cukup waktu dikirim kembali ke Kamboja dan menjadi raja bergelar Jayawarman II pada tahun 802 Masehi. Dalam penelitiannya lebih dalam lagi Jacques Dumarcay memberikan gambaran detil bahwa Candi Borobudur dibangun dalam 4 tahap dengan perkiraan sebagai berikut:

Tahap Pertama sekitar tahun 775 Masehi. Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak, tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar. Dibangun tiga undakan pertama yang menutup struktur asli piramida berundak dan penambahan dua undakan persegi, pagar langkan dan satu undak melingkar yang diatasnya langsung dibangun stupa tunggal.

Tahap Kedua sekitar tahun 790 Masehi. Banyak arkeolog menduga perancangan Candi Borobudur sekarang ini didasarkan pada perancangan awal candi tersebut. Perancangan awal Borobudur ditengarai adalah stupa tunggal yang sangat besar memahkotai puncaknya yang membahayakan tubuh dan kaki sehingga memutuskan untuk membongkar stupa raksasa diganti dengan tiga barisan stupa kecil dan stupa induk seperti sekarang ini. Pada periode ini bersamaan dengan pembangunan Candi Kalasan,tahap kedua Lumbung tahap kedua dan Sojiwan.tahap pertama.

Tahap Ketiga sekitar tahun 810 Masehi.
Terjadi perubahan rancang bangun, undak atas lingkaran dengan stupa tunggal induk besar dibongkar dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa yang lebih kecil dibangun berbaris melingkar pada pelataran undak-undak ini dengan satu stupa induk yang besar di tengahnya. Karena alasan tertentu pondasi diperlebar, dibangun kaki tambahan yang membungkus kaki asli sekaligus menutup relief Karmawibhangga. Para arkeolog menduga bahwa Borobudur semula dirancang berupa stupa tunggal yang sangat besar memahkotai batur-batur teras bujur sangkar. Karena itulah diputuskan untuk membongkar stupa induk tunggal yang besar dan menggantikannya dengan teras-teras melingkar yang dihiasi deretan stupa kecil berterawang dan hanya satu stupa induk. Untuk menopang agar dinding candi tidak longsor maka ditambahkan struktur kaki tambahan yang membungkus kaki asli. Struktur ini adalah penguat dan berfungsi bagaikan ikat pinggang yang mengikat agar tubuh candi tidak ambrol dan runtuh keluar, sekaligus menyembunyikan relief Karmawibhangga pada bagian Kamadhatu. Pada periode tahap ketiga ini bersamaan dengan dibangunnya Candi Kalasan III, Sewa III, Lumbung III, Sojiwan II

Tahap Keempat sekitar tahun 835 Masehi.
Ada perubahan kecil seperti penyempurnaan relief, penambahan pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas gawang pintu, serta pelebaran ujung kaki. Pada tahun 835 Masehi bersamaan dengan pembangunan Candi Gedong Songo tahap pertama, Sambisari, Badut tahap pertama, Kuning, Banon, Sari dan Plaosan.

Setelah selesai dibangun, selama seratus lima puluh tahun, Borobudur merupakan pusat ziarah megah bagi penganut Budha. Pembangunan candi ini dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad IX, pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra di era keemasannya. Keagungan Candi Borobudur tidak bisa dilepaskan dari tangan dingin perancang bangunan tersebut yaitu Gunadharma. Tetapi dengan runtuhnya Kerajaan Mataram sekitar tahun 930 M, pusat kekuasaan dan kebudayaan pindah ke Jawa Timur dan Borobudur pun hilang terlupakanKarena gempa dan letusan Gunung Merapi, candi itu melesat mempercepat keruntuhannya. Sedangkan semak belukar trofis tumbuh menutupi Borobudur dan pada abad-abad selanjutnya lenyap ditelan sejarah.

Kemenangan Inggris terhadap Belanda dalam memperebutkan Pulau Jawa membawa pengaruh besar terhadap perubahan yang terjadi di Pulau Jawa. Dibawah kekuasaan Pemerintahan Kerajaan Inggris pada kurun 1811 hingga 1816, Sir Thomas Stamford Raffles menjabat Letnan Gubernur di Pulau Jawa.  Minatnya yang dalam terhadap kesenian Jawa kuno dan membuat catatan mengenai sejarah kebudayaan Jawa dikumpulkannya dan perjumpaannya dengan rakyat setempat dalam perjalanannya keliling Jawa.  Tahun 1814 ketika melakukan kunjungan kerja di Semarang, beliau mendapatkan kabar tentang keberadaan sebuah monument besar terdapat di dalam hutan dekat desa Bumisegoro. Melalui utusannya HC Cornelius seorang insinyur Belanda berhasil membersihkan lapisan tanah yang mengubur bangunan ini. HC Cornelius melaporkan penemuannya kepada Sir Thomas Stamford Raffles dalam bentuk sketsa Candi Borobudur. Meskipun penemuan ini hanya bersifat awal Sir Thomas Stamford Raffles dianggap berjasa menjadi pemrakarsa atas penemuan kembali monumen ini. Pada 1873, monograf pertama dan penelitian lebih detil atas Borobudur diterbitkan, dilanjutkan edisi terjemahannya dalam bahasa Perancis setahun kemudian.

Keagungan  Candi Borobudur sempat hilang tertimbun tanah selama berabad-abad akibat erupsi Gunung Merapi. Gundukan tanah telah ditumbuhi semak belukar sehingga menyerupai bukit yang tidak terurus.  Banyak misteri yang menyelimuti alasan kenapa setelah erupsi Candi Borobudur ditelantarkan oleh banyak orang. Periode 928 sampai dengan 1006, Raja Mpu Sindok hijrah ke kawasan Jawa Timur setelah serangkaian bencana alam vulkanik. Tahun 1976 sejarawan Seokmono membuat kesimpulan popular bahwa candi ini mulai benar-benad ditinggalkan sejak penduduk sekitar beralih keyakinan agama Islam pada abad ke-15. Banyak cerita sebelum diketemukan kembali tentang keberadaan Candi Borobudur, melalui dongeng rakyat keagungan Candi Borobudur menjadi kisah yang bersifat takhayul yang selalu dikaitkan dengan nasib sial penuh kemalangan dan penderitaan. 

Melalui cerita rakyat pada waktu itu, Bukit Redi Borobudur menjadi semacam tempat yang membuat sial keluarga kerajaan Mataram. Pada tahun 1757 Pangeran Monconagoro mengunjungi bukit ini dan meninggal sehari setelah mengunjungi bukit ini. Dalam kepercayaan Jawa pada masa Mataram Islam, reruntuhan bangunan percandian dianggap sebagai tempat bersemayamnya roh halus dan dianggap wingit (angker) sehingga dikaitkan dengan kesialan atau kemalangan yang mungkin menimpa siapa saja yang mengunjungi dan mengganggu situs ini. Meskipun secara ilmiah diduga, mungkin setelah situs ini tidak terurus dan ditutupi semak belukar, tempat ini pernah menjadi sarang wabah penyakit seperti demam berdarah atau malaria.

Dua tahun setelah Krakatau meletus tepatnya pada tahun 1885 Candi Borobudur kembali menarik perhatian masyarakat umum, melalui Ketua Masyarakat Arkeologi Yogyakarta Yzerman menemukan bagian kaki candi yang tersembunyi. Didasarkan atas penemuan ini, pemerintah Hindia Belanda mengambil kebijakan untuk menjaga kelestarian monumen ini, tahun 1900 pemerintahan membentuk komisi tiga yang terdiri dari Brandes, seorang sejarawan seni, Theodoor van Erp, seorang insinyur yang juga anggota tentara Belanda, dan Van de Kamer, insinyur ahli konstruksi bangunan dari Departemen Pekerjaan Umum.

Kurun waktu 1902-1911 komisi ini melakukan pemugaran diawali dengan mengajukan proposal tiga langkah rencana pelestarian Borobudur kepada pemerintah Hindia Belanda. Langkah pertama mengatur kembali sudut-sudut bangunan serta memindahkan batu yang membahayakan batu lain. Langkah kedua memagari halaman candi serta memperbaiki dan memlihara saluran sistem drainase, untuk langkah ketiga atau terakhir semua batuan lepas dan longgar harus dipindahkan, monumen ini dibersihkan hingga pagar langkan pertama, batu yang rusak dipindahkan dan stupa utama dipugar.

Tahun 1975-1982 Pemerintah Indonesia bersama UNESCO mengambil langkah besar dengan melakukan renovasi secara besar-besaran untuk melindungi monumen ini. Mega proyek ini melibatkan 600 orang lebih untuk merenovasi monument dan menghabiskan kurang lebih 7.000.000 dollar AS. Tahun 1991 setelah renovasi selesai UNESCO memasukkan Candi Borobudur ke dalam daftar Situs Warisan Dunia. Candi Borobudur masuk dalam kategori budaya dengan merepresentasikan beberapa kriteria sebagai berikut, mewakili mahakarya kretivitas manusia yang jenius, menampilkan pertukaran penting dalam nilai-nilai manusiawi dalam rentang waktu tertentu di dalam suatu wilayah budaya di dunia, dalam pembangunan arsitektur dan teknologi, seni yang monumental, perencanaan tata kota dan rancangan lansekap serta mencakup karya seni sastra yang memiliki makna universal yang luarbiasa.

Candi Borobudur mempunyai bentuk bangunan yang tiada duanya di dunia. Bentuk arsitektur tersebut terinspirasi dari filsafat Mikro Kosmos. Banyak ahli menyatakan bahwa Borobudur dibangun pada sekitar abad ke-8 ketika Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra memerintah kerajaannya di Jawa Tengah. Borobudur adalah bangunan yang penuh dengan ornamen yang mengandung filosofi dimana ornamen-ornamen tersebut mempunyai simbol kesatuan dalam perbedaan yang dapat diikuti oleh semua orang untuk mencapai tujuan hidup yang paling mulia. Relief-relief yang terpahat pada tembok-tembok candi menceritakan akan ajaran hidup manusia yang sangat indah. Dengan kata lain, Borobudur adalah jiwa dari seni, budaya dan filsafat.

Dari hasil pemugaran tersebut maka candi Borobudur menjadi bangkit kembali, dan sekarang candi borobudur merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia, dan candi Borobudur di masa sekarang telah dijadikan obejek wisata andalan di Jawa Tengah yang dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.

View Larger Map