Keagungan Candi Borobudur masih bergelanyut tirai misteri kapan
didirikan dan siapa pendirinya. Arkeolog Prof. Dr. Soekmono menerangkan
tulisan singkat yang terpahat di atas relief kaki candi (Karmawibhangga)
menjadi salah satu simpul garis huruf yang bisa diketemukan di berbagai
prasasti akhir abad VIII sampai dengan awal abad IX. Periode tersebut
di Jawa Tengah berkuasa raja-raja dari Wangsa Dinasti Syailendra yang
menganut agama Budha Mahayana. Tidak ketinggalan pula Prof. Dr. J.G.
Caspris melakukan penelitian dari sebuah prasasti yang berasal dari abad
IX. Hasil penelitian tersebut mengungkap tabir misteri silsilah tiga
Wangsa Syailendra yang secara berurutan memegang pemerintahan, raja
Indra putranya Samaratungga, kemudian putri Samaratungga Pramodya
Wardani. Periode pemerintahan raja Samaratungga pembangunan candi
Borobudur dimulai dengan nama Bhumu Sam Bhara Budhara yang dapat
ditapsirkan sebagai bukti peningkatan kebajikan, setelah melampaui
sepuluh tingkat Bodhisatwa. Kerena penyesuaian pada Bahasa Jawa,
akhirnya Bhara Budhara diganti menjadi Borobudur.
Seorang arsitek Prancis Jacques Dumarcay, memperkirakan Candi Borobudur
didirikan pada jaman kebesaran Dinasti Syailendra pada periode 750-850
Masehi. Masa keemasan Dinasti Syailendra tidak hanya berhasil mendirikan
Candi Borobudur melainkan berhasil menjalankan ekspansi di Kekaisaran
Khmer di Kamboja. Berhasil menjalankan kerajaan Khmer putra mahkota
dibawa ke Jawa dan setelah cukup waktu dikirim kembali ke Kamboja dan
menjadi raja bergelar Jayawarman II pada tahun 802 Masehi. Dalam
penelitiannya lebih dalam lagi Jacques Dumarcay memberikan gambaran
detil bahwa Candi Borobudur dibangun dalam 4 tahap dengan perkiraan
sebagai berikut:
Tahap Pertama sekitar tahun 775 Masehi. Pada
awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai
piramida berundak, tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun
yang dibongkar. Dibangun tiga undakan pertama yang menutup struktur asli
piramida berundak dan penambahan dua undakan persegi, pagar langkan dan
satu undak melingkar yang diatasnya langsung dibangun stupa tunggal.
Tahap Kedua sekitar tahun 790 Masehi. Banyak arkeolog menduga perancangan Candi Borobudur sekarang ini didasarkan pada perancangan awal candi tersebut. Perancangan awal Borobudur ditengarai adalah stupa tunggal yang sangat besar memahkotai puncaknya yang membahayakan tubuh dan kaki sehingga memutuskan untuk membongkar stupa raksasa diganti dengan tiga barisan stupa kecil dan stupa induk seperti sekarang ini. Pada periode ini bersamaan dengan pembangunan Candi Kalasan,tahap kedua Lumbung tahap kedua dan Sojiwan.tahap pertama.
Tahap Ketiga sekitar tahun 810 Masehi. Terjadi perubahan rancang bangun, undak atas lingkaran dengan stupa tunggal induk besar dibongkar dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa yang lebih kecil dibangun berbaris melingkar pada pelataran undak-undak ini dengan satu stupa induk yang besar di tengahnya. Karena alasan tertentu pondasi diperlebar, dibangun kaki tambahan yang membungkus kaki asli sekaligus menutup relief Karmawibhangga. Para arkeolog menduga bahwa Borobudur semula dirancang berupa stupa tunggal yang sangat besar memahkotai batur-batur teras bujur sangkar. Karena itulah diputuskan untuk membongkar stupa induk tunggal yang besar dan menggantikannya dengan teras-teras melingkar yang dihiasi deretan stupa kecil berterawang dan hanya satu stupa induk. Untuk menopang agar dinding candi tidak longsor maka ditambahkan struktur kaki tambahan yang membungkus kaki asli. Struktur ini adalah penguat dan berfungsi bagaikan ikat pinggang yang mengikat agar tubuh candi tidak ambrol dan runtuh keluar, sekaligus menyembunyikan relief Karmawibhangga pada bagian Kamadhatu. Pada periode tahap ketiga ini bersamaan dengan dibangunnya Candi Kalasan III, Sewa III, Lumbung III, Sojiwan II
Tahap Keempat sekitar tahun 835 Masehi. Ada perubahan kecil seperti penyempurnaan relief, penambahan pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas gawang pintu, serta pelebaran ujung kaki. Pada tahun 835 Masehi bersamaan dengan pembangunan Candi Gedong Songo tahap pertama, Sambisari, Badut tahap pertama, Kuning, Banon, Sari dan Plaosan.
Tahap Kedua sekitar tahun 790 Masehi. Banyak arkeolog menduga perancangan Candi Borobudur sekarang ini didasarkan pada perancangan awal candi tersebut. Perancangan awal Borobudur ditengarai adalah stupa tunggal yang sangat besar memahkotai puncaknya yang membahayakan tubuh dan kaki sehingga memutuskan untuk membongkar stupa raksasa diganti dengan tiga barisan stupa kecil dan stupa induk seperti sekarang ini. Pada periode ini bersamaan dengan pembangunan Candi Kalasan,tahap kedua Lumbung tahap kedua dan Sojiwan.tahap pertama.
Tahap Ketiga sekitar tahun 810 Masehi. Terjadi perubahan rancang bangun, undak atas lingkaran dengan stupa tunggal induk besar dibongkar dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa yang lebih kecil dibangun berbaris melingkar pada pelataran undak-undak ini dengan satu stupa induk yang besar di tengahnya. Karena alasan tertentu pondasi diperlebar, dibangun kaki tambahan yang membungkus kaki asli sekaligus menutup relief Karmawibhangga. Para arkeolog menduga bahwa Borobudur semula dirancang berupa stupa tunggal yang sangat besar memahkotai batur-batur teras bujur sangkar. Karena itulah diputuskan untuk membongkar stupa induk tunggal yang besar dan menggantikannya dengan teras-teras melingkar yang dihiasi deretan stupa kecil berterawang dan hanya satu stupa induk. Untuk menopang agar dinding candi tidak longsor maka ditambahkan struktur kaki tambahan yang membungkus kaki asli. Struktur ini adalah penguat dan berfungsi bagaikan ikat pinggang yang mengikat agar tubuh candi tidak ambrol dan runtuh keluar, sekaligus menyembunyikan relief Karmawibhangga pada bagian Kamadhatu. Pada periode tahap ketiga ini bersamaan dengan dibangunnya Candi Kalasan III, Sewa III, Lumbung III, Sojiwan II
Tahap Keempat sekitar tahun 835 Masehi. Ada perubahan kecil seperti penyempurnaan relief, penambahan pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas gawang pintu, serta pelebaran ujung kaki. Pada tahun 835 Masehi bersamaan dengan pembangunan Candi Gedong Songo tahap pertama, Sambisari, Badut tahap pertama, Kuning, Banon, Sari dan Plaosan.
Setelah selesai dibangun, selama seratus lima puluh tahun, Borobudur
merupakan pusat ziarah megah bagi penganut Budha. Pembangunan candi ini
dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad IX, pada masa pemerintahan
Wangsa Syailendra di era keemasannya. Keagungan Candi Borobudur tidak
bisa dilepaskan dari tangan dingin perancang bangunan tersebut yaitu
Gunadharma. Tetapi dengan runtuhnya Kerajaan Mataram sekitar tahun 930
M, pusat kekuasaan dan kebudayaan pindah ke Jawa Timur dan Borobudur pun
hilang terlupakanKarena gempa dan letusan Gunung Merapi, candi itu
melesat mempercepat keruntuhannya. Sedangkan semak belukar trofis tumbuh
menutupi Borobudur dan pada abad-abad selanjutnya lenyap ditelan
sejarah.
Kemenangan Inggris terhadap Belanda dalam memperebutkan Pulau Jawa
membawa pengaruh besar terhadap perubahan yang terjadi di Pulau Jawa.
Dibawah kekuasaan Pemerintahan Kerajaan Inggris pada kurun 1811 hingga
1816, Sir Thomas Stamford Raffles menjabat Letnan Gubernur di Pulau
Jawa. Minatnya yang dalam terhadap kesenian Jawa kuno dan membuat
catatan mengenai sejarah kebudayaan Jawa dikumpulkannya dan
perjumpaannya dengan rakyat setempat dalam perjalanannya keliling Jawa.
Tahun 1814 ketika melakukan kunjungan kerja di Semarang, beliau
mendapatkan kabar tentang keberadaan sebuah monument besar terdapat di
dalam hutan dekat desa Bumisegoro. Melalui utusannya HC Cornelius
seorang insinyur Belanda berhasil membersihkan lapisan tanah yang
mengubur bangunan ini. HC Cornelius melaporkan penemuannya kepada Sir
Thomas Stamford Raffles dalam bentuk sketsa Candi Borobudur. Meskipun
penemuan ini hanya bersifat awal Sir Thomas Stamford Raffles dianggap
berjasa menjadi pemrakarsa atas penemuan kembali monumen ini. Pada 1873,
monograf pertama dan penelitian lebih detil atas Borobudur diterbitkan,
dilanjutkan edisi terjemahannya dalam bahasa Perancis setahun kemudian.
Keagungan Candi Borobudur sempat hilang tertimbun tanah selama
berabad-abad akibat erupsi Gunung Merapi. Gundukan tanah telah ditumbuhi
semak belukar sehingga menyerupai bukit yang tidak terurus. Banyak
misteri yang menyelimuti alasan kenapa setelah erupsi Candi Borobudur
ditelantarkan oleh banyak orang. Periode 928 sampai dengan 1006, Raja
Mpu Sindok hijrah ke kawasan Jawa Timur setelah serangkaian bencana alam
vulkanik. Tahun 1976 sejarawan Seokmono membuat kesimpulan popular
bahwa candi ini mulai benar-benad ditinggalkan sejak penduduk sekitar
beralih keyakinan agama Islam pada abad ke-15. Banyak cerita sebelum
diketemukan kembali tentang keberadaan Candi Borobudur, melalui dongeng
rakyat keagungan Candi Borobudur menjadi kisah yang bersifat takhayul
yang selalu dikaitkan dengan nasib sial penuh kemalangan dan
penderitaan.
Melalui cerita rakyat pada waktu itu, Bukit Redi Borobudur
menjadi semacam tempat yang membuat sial keluarga kerajaan Mataram.
Pada tahun 1757 Pangeran Monconagoro mengunjungi bukit ini dan meninggal
sehari setelah mengunjungi bukit ini. Dalam kepercayaan Jawa pada masa
Mataram Islam, reruntuhan bangunan percandian dianggap sebagai tempat
bersemayamnya roh halus dan dianggap wingit (angker) sehingga dikaitkan
dengan kesialan atau kemalangan yang mungkin menimpa siapa saja yang
mengunjungi dan mengganggu situs ini. Meskipun secara ilmiah diduga,
mungkin setelah situs ini tidak terurus dan ditutupi semak belukar,
tempat ini pernah menjadi sarang wabah penyakit seperti demam berdarah
atau malaria.
Dua tahun setelah Krakatau meletus tepatnya pada tahun 1885 Candi
Borobudur kembali menarik perhatian masyarakat umum, melalui Ketua
Masyarakat Arkeologi Yogyakarta Yzerman menemukan bagian kaki candi yang
tersembunyi. Didasarkan atas penemuan ini, pemerintah Hindia Belanda
mengambil kebijakan untuk menjaga kelestarian monumen ini, tahun 1900
pemerintahan membentuk komisi tiga yang terdiri dari Brandes, seorang
sejarawan seni, Theodoor van Erp, seorang insinyur yang juga anggota
tentara Belanda, dan Van de Kamer, insinyur ahli konstruksi bangunan
dari Departemen Pekerjaan Umum.
Kurun waktu 1902-1911 komisi ini melakukan pemugaran diawali dengan mengajukan proposal tiga langkah rencana pelestarian Borobudur kepada pemerintah Hindia Belanda. Langkah pertama mengatur kembali sudut-sudut bangunan serta memindahkan batu yang membahayakan batu lain. Langkah kedua memagari halaman candi serta memperbaiki dan memlihara saluran sistem drainase, untuk langkah ketiga atau terakhir semua batuan lepas dan longgar harus dipindahkan, monumen ini dibersihkan hingga pagar langkan pertama, batu yang rusak dipindahkan dan stupa utama dipugar.
Kurun waktu 1902-1911 komisi ini melakukan pemugaran diawali dengan mengajukan proposal tiga langkah rencana pelestarian Borobudur kepada pemerintah Hindia Belanda. Langkah pertama mengatur kembali sudut-sudut bangunan serta memindahkan batu yang membahayakan batu lain. Langkah kedua memagari halaman candi serta memperbaiki dan memlihara saluran sistem drainase, untuk langkah ketiga atau terakhir semua batuan lepas dan longgar harus dipindahkan, monumen ini dibersihkan hingga pagar langkan pertama, batu yang rusak dipindahkan dan stupa utama dipugar.
Tahun 1975-1982 Pemerintah Indonesia bersama UNESCO mengambil langkah
besar dengan melakukan renovasi secara besar-besaran untuk melindungi
monumen ini. Mega proyek ini melibatkan 600 orang lebih untuk merenovasi
monument dan menghabiskan kurang lebih 7.000.000 dollar AS. Tahun 1991
setelah renovasi selesai UNESCO memasukkan Candi Borobudur ke dalam
daftar Situs Warisan Dunia. Candi Borobudur masuk dalam kategori budaya
dengan merepresentasikan beberapa kriteria sebagai berikut, mewakili
mahakarya kretivitas manusia yang jenius, menampilkan pertukaran penting
dalam nilai-nilai manusiawi dalam rentang waktu tertentu di dalam suatu
wilayah budaya di dunia, dalam pembangunan arsitektur dan teknologi,
seni yang monumental, perencanaan tata kota dan rancangan lansekap serta
mencakup karya seni sastra yang memiliki makna universal yang
luarbiasa.
Candi Borobudur mempunyai bentuk bangunan yang tiada duanya di dunia.
Bentuk arsitektur tersebut terinspirasi dari filsafat Mikro Kosmos.
Banyak ahli menyatakan bahwa Borobudur dibangun pada sekitar abad ke-8
ketika Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra memerintah kerajaannya
di Jawa Tengah. Borobudur adalah bangunan yang penuh dengan ornamen yang
mengandung filosofi dimana ornamen-ornamen tersebut mempunyai simbol
kesatuan dalam perbedaan yang dapat diikuti oleh semua orang untuk
mencapai tujuan hidup yang paling mulia. Relief-relief yang terpahat
pada tembok-tembok candi menceritakan akan ajaran hidup manusia yang
sangat indah. Dengan kata lain, Borobudur adalah jiwa dari seni, budaya
dan filsafat.
Dari hasil pemugaran tersebut maka candi Borobudur menjadi bangkit kembali, dan sekarang candi borobudur merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia, dan candi Borobudur di masa sekarang telah dijadikan obejek wisata andalan di Jawa Tengah yang dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Dari hasil pemugaran tersebut maka candi Borobudur menjadi bangkit kembali, dan sekarang candi borobudur merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia, dan candi Borobudur di masa sekarang telah dijadikan obejek wisata andalan di Jawa Tengah yang dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.